Air Terjun Tretes
Pesona Air Terjun Tretes “Belum Tersentuh Tangan Jahil” Air terjun Tretes terletak di Dusun Pengajaran, Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Jombang. Letak di ketinggian 1.250 m dari permukaan air laut, Panorama alamnya yang masih asri, nan sejuk diyakini dapat mengundang antusiasme wisatawan. Baik lokal maupun manca negara. Ada jalan setapak yang setiap saat siap membawa pengunjung ke lokasi air terjun. Termasuk beberapa jasa angkut ‘tradisional’ serta beberapa tempat peristirahatan. Perjalanan yang melelahkan terbayar lunas manakala kita sudah sampai di lokasi ini, apalagi kalau kita menyempatkan diri untuk mandi. Wisata air terjun ini sangat sejuk.

Keberadaan wisata yang satu ini diharapkan benar-benar dapat dikelola secara profesional tanpa mengotak-atik apa yang sudah ada. Artinya, seiring upaya pengembangan yang akan kami lakukan, sebisa mungkin tidak akan merubah wujud aslinya. Sebab, jika itu dilakukan, bukan tidak mungkin daya tariknya menjadi berkurang.
Sementara, seperti yang kita tahu di lapangan, bahwa mayoritas calon wisatawan, terutama yang dari manca negara, menghendaki kondisi sebuah lokasi wisata yang masih alami.
Sementara sebagai langkah solusi sejalan adanya ide pelebaran jalan setapak menuju lokasi air terjun Tretes, maka dalam waktu dekat Pemda Jombang, kemungkinan besar akan mengoperasikan angkutan roda dua (ojek) danjasa angkut Kuda. Tentang siapa saja yang akan dilibatkan, menunggu perkembangan lebih lanjut. Artinya, hal tersebut perlu dirembug dengan penduduk sekitar lokasi air terjun.
Untuk memberikan kemudahan kepada setiap pengunjung, selain mengoperasikan sarana angkutan ojek dan kuda, pihaknya juga akan didirikan pos-pos peristirahatan, utamanya bagi mereka yang capai. Di masing-masing pos nantinya juga akan dibangun kios-kios makanan ringan dan minuman. Mengenai siapa-siapa yang boleh berjualan di kios-kios tersebut, tidak lain adalah penduduk sekitar yang sebelumnya sudah mendapatkan kesepakatan antar warga sendiri.
Pulang ke kampung halaman tentu menjadi sesuatu yang sangat menggembirakan bagi siapapun, termasuk saya. Tinggal di rantau dan jauh dari orang tua, selalu membuat saya ingin pulang kembali ke tempat dimana saya lahir dan besar. Hanya sekedar bersenda gurau dengan kerabat, merasakan hawa desa yang masih sejuk, lapangnya sawah yang hijau dan merasakan keramahan yang sudah semakin jarang saya temukan selama ini. Ya, pada awal Juni lalu saya bisa pulang kampung ke Jombang, alhamdulillah.
Tujuan utama saya pulang tentu adalah bertemu dengan keluarga selain karena ada acara nikahan sepupu saya. Namun bukan itu yang saya ingin ceritakan, melainkan pengalaman saya ketika pertama kali melakukan rafting. Olahraga yang cukup menantang bagi orang yang punya adrenalin dan nyali ciut. Tapi tidak untuk saya yang memang suka mencoba sesuatu yang baru. Ya, saya melakukan rafting di Sungai Boro yang letaknya ada di pedalaman hutan daerah Wonosalam.
Jombang selama ini dikenal sebagai kota santri dan pusat dari tumbuh dan berkembangnya pondok-pondok pesantren. Di pondok ini pula tumbuh dan berkembang Islam moderat dalam bingkai Nahdhatul Ulama yang dilahirkan oleh keluarga Hasyim Asyari. Tidak salah jika selama ini kabupaten ini terkenal gaungnya sebagai alternatif tujuan wisata religi. Terlebih setelah meninggalnya Gus Dur, areal pemakaman beliau menjadi tempat ziarah bagi banyak orang dari berbagai penjuru Tanah Air yang ingin berdoa di pusara bapak pluralisme tersebut.
Namun siapa sangka bahwa Jombang juga mempunyai potensi wisata alam yakni wisata rafting di Sungai Boro, Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam. Wonosalam secara topografis berupa daerah pegunungan dan dataran tinggi. Di sana masih banyak ditemukan hutan pinus dan perkebunan penduduk yang mayoritas berupa kebun cengkeh, kakao, kopi dan durian. Tidak heran jika di sana udara masih begitu segar, air masih begitu dingin dan pemandangan alam di sekitar masih terasa hijau.
Mudah Dijangkau
Pemandangan yang tak kalah menariknya, adalah gundukan-gundukan tanah yang sebagian ditumbuhi tumbuhan (pohon, red) dari berbagai jenis. Selain rindang, juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat berteduh, menghindari sengatan sinar mentari yang memancar diantara pepohonan dan tebing. Dari ribuan wisatawan yang berkunjung kesana mayoritas bertujuan ingin ‘bersenda-gurau’ dengan kucuran dan sejuknya air yang jatuh dari tebing yang cukup terjal itu. Tak ayal, begitu tiba di lokasi, mereka serta merta melepas alas kaki dan menyisakan beberapa lembar pakaian yang memang tidak boleh sama sekali ditanggalkan. Bagi mereka yang betah menahan rasa sakit menampik air jatuh, mereka anggap sebagai hiburan sekaligus pengalaman yang amat berharga. Sebuah ‘kenikmatan’ yang sama sekali tidak bisa dinilai dengan apapun di dunia. Jadi, tak heran bila mereka betah berlama-lama di lokasi air terjun. Berdasarkan data, jumlah pengunjung yang datang tercatat sudah ribuan, domestik maupun manca negara.
Namun, sejauh ini sebagian besar didominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Salah satu penyebabnya, karena ‘dekat’ dengan bumi perkemahan yang terletak di Dusun Pengajaran. Maka tak pelak setiap peserta kemah salah satu kegiatannya selalu memprogramkan kunjungan ke air tetjun yang letaknya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kediri tersebut.
Dibiarkan Alami
Dari semua permasalahan yang kini tengah diupayakan, sebenarnya ada satu substansi yang dianggapnya sangat penting dan mendesak untuk segera dilakukan. Apa itu? “Pelebaran Kondisi jalan setapak menuju lokasi air Terjun Tretes seperti yang ada saat ini, sebenarnya cukup memenuhi syarat. Akan tetapi, agar lebih memiliki daya tarik sekaligus pula agar dapat dilalui oleh sarana angkutan yang diperlukan, tidak ada salahnya jika dilakukan renovasi berupa perluasan jalan. Hal itu, erat kaitannya dengan upaya pemberian pelayanan kepada setiap calon pengunjung. Artinya, apapun yang terjadi, pengunjung dianggap sebagai Raja. Agar sang Raja bisa senang, maka sebaiknya kita memberikan pelayanan yang terbaik. Kalau Raja merasa senang, kita juga akan menikmati imbasnya.